Makalah Individu
OSEANOGRAFI KIMIA
MINOR DAN TRACE ELEMENT DI PERAIRAN LAUT
Oleh :
LEO KENNEDY
0804131919
LEO KENNEDY
0804131919
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Elemen adalah unsur, materi atau bahan dasar (fundamental kinds of matter) yang menyusun seluruh benda di alam semesta. Elemen ini tersusun dari atom-atom yang berasal dari elemen yang sama secara kimiawi dan memiliki sifat yang identik. Hingga saat ini telah dikenal sekitar 116 elemen atau unsur.
Secara garis besar, elemen dapat dibagi menjadi 2, yaitu : elemen organik dan inorganik. Menurut Miessler dan Tarr (2000) menyatakan bahwa elemen organik berkaitan dengan senyawa hidrokarbon dan derivatnya yang sebagian besar menjadi elemen utama yang menyusun makhluk hidup. Sedangkan elemen inorganik mencakup keseluruhan elemen yang terdapat dalam tabel periodik unsur termasuk Hidrogen dan Karbon itu sendiri.
Menurut Millero (2006) membagi elemen (organik dan inorganik) menjadi 3 kelompok berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam, yaitu: elemen makro (0,05 – 750 mM), elemen mikro (0,05 – 50 μM) dan elemen trace atau kelumit (0,05 -50 nM).
Riley dan Chester (1971), menyatakan bahwa unsur N, P dan Si adalah merupakan mikro elemen esensial terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut. Ketiga elemen tersebut berperan penting dalam metabolisme, proses fisiologis dan reaksi biokimiawi dalam tubuh.
Mikro Elemen di Laut
Elemen adalah unsur, materi atau bahan dasar (fundamental kinds of matter) yang menyusun seluruh benda di alam semesta. Elemen ini tersusun dari atom-atom yang berasal dari elemen yang sama secara kimiawi dan memiliki sifat yang identik. Hingga saat ini telah dikenal sekitar 116 elemen atau unsur.
Secara garis besar, elemen dapat dibagi menjadi 2, yaitu : elemen organik dan inorganik. Miessler dan Tarr (2000) menyatakan bahwa elemen organik berkaitan dengan senyawa hidrokarbon dan derivatnya yang sebagian besar menjadi elemen utama yang menyusun makhluk hidup.
Asam amino, protein dan lemak yang menyusun organism hidup umumnya tersusun dari elemen organik (unsur atau senyawa yang terdiri dari C , H dan O). Sedangkan elemen inorganik mencakup keseluruhan elemen yang terdapat dalam tabel periodik unsur termasuk Hidrogen dan Karbon itu sendiri. Namun, menurut Manahan (2001), elemen, bahan atau materi organik adalah semua senyawa yang mengandung karbon termasuk substansi yang dihasilkan dari proses hidup (kayu, kapas, wol), minyak bumi, gas alam (metan), cairan pelarut/pembersih, fiber sintetik dan plastik. Sedangkan elemen atau bahan inorganik adalah semua substansi yang tidak mengandung Karbon seperti logam, batuan, garam, air, pasir dan beton. Elemen inorganik ada yang bersifat terlarut (dissolved) dan ada yang padat (solid atau insoluble).
Millero (2006) membagi elemen (organik dan inorganik) menjadi 3 kelompok berdasarkan rata-rata konsentrasinya di alam, yaitu:
1. elemen makro (0,05 – 750 mM) (Na, Cl, Mg)
2. elemen mikro (0,05 – 50 μM) (P dan N)
3. elemen trace atau kelumit (0,05 -50 nM) (Pb, Hg, Cd)
Sedangkan berdasarkan sifatnya, elemen (inorganik)dibedakan menjadi
1. jenis logam logam (metal) bersifat padat, memiliki kilap, dapat dibentuk menjadi lempengan tanpa mengalami kerusakan (malleable) serta mampu menghantarkan listrik dengan baik. Seluruh logam (metal) kecuali raksa (Hg) berbentuk padat pada suhu kamar.
2. non logam memiliki sifat buram dan tidak semuanya dapat dibentuk dengan mudah. Sedangkan elemen non logam ada yang bersifat cair dan gas. Oksigen, klorin, cairan bromine coklat tergolong non metal.
Tumbuhan dan hewan yang hidup umumnya membutuhkan nutrien untuk tumbuh dan berkembang. Organisme hidup memenuhi kebutuhannya akan nutrien dengan cara menyerap unsur hara dari tanah, makan dan minum atau melalui proses absorbsi, dekomposisi dan difusi elemen yang dibutuhkan dari lingkungan sekitarnya. Ada elemen atau senyawa yang mampu diproduksi dan dihasilkan oleh tubuh seperti hormon, zat tepung, serbuk sari dan madu pada bunga.
Namun adapula elemen yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Elemen ini umumnya diperlukan dalam jumlah sedikit oleh tubuh namun sangat penting bagi proses metabolisme, fisiologi dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Kekurangan elemen ini akan menyebabkan gangguan metabolisme dan penyakit akibat defisiensi. Elemen ini dikenal sebagai elemen esensial. Vitamin dan mineral umumnya termasuk dalam senyawa yang bersifat esensial.
Elemen esensial yang ada di laut umumnya memiliki konsentrasi yang rendah. Konsentrasi elemen esensial yang berlebihan di dalam air laut (akibat run off dari daratan dan antropogenik) dapat memberikan dampak yang merugikan bagi makhluk hidup. Elemen yang tidak dibutuhkan oleh tubuh atau jika kekurangan tidak menimbulkan gangguan pada proses metabolisme dalam tubuh tergolong elemen non esensial.
Millero dan Sohn (1992) menyatakan bahwa perairan laut memiliki konsentrasi senyawa organik yang sangat rendah dibandingkan konsentrasi senyawa inorganik. Senyawa organik terdiri dari kelompok hewan yang telah hidup dan telah mati. Serasah atau detritus hasil degradasi bahan organik dan pengaruh antropogenik. Berdasarkan komposisi kimianya, bahan organik terdiri atas karbohidrat, protein, asam amino, lemak, hidrokarbon, asam karbosiklik, humus, dan kerogen serta komponen-komponen mikro lainnya seperti steroid, aldehid, alkohol dan komponen organo-sulfur.
Riley dan Chester (1971), menyatakan bahwa unsur N, P dan Si adalah merupakan elemen esensial terpenting yang dibutuhkan oleh organisme laut. Ketiga elemen tersebut berperan penting dalam metabolisme, proses fisiologis dan reaksi biokimiawi dalam tubuh. Nitrogen penting untuk membangun jaringan tubuh. Sedangkan fosfor dan silica penting dalam pembentukan cangkang terutama bagi kelompok Diatom, Coccolithofor dan Pteropod.
Besi, Mangan, Tembaga, Seng, Kobal dan Molybdenum adalah mikro elemen esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan sebagaimana ditemukan pada enzim. Meskipun memiliki konsentrasi yang sedikit dalam air laut, namun mikro elemen esensial tidak pernah menjadi faktor pembatas yang mengontrol populasi biota laut. Kadang-kadang konsentrasi mikro elemen esensial ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam air laut, namun hal tersebut belum menjamin pemenuhan kebutuhan mikro elemen esensial bagi organisme laut. Hal ini karena mikro elemen esensial tersebut berada dalam bentuk yang tidak dapat diabsorbsi langsung oleh biota laut yang ada.
Berdasarkan strukturnya senyawa organik dapat dibagi menjadi :
1. materi organik terlarut (DOM) yang berukuran < 0,45 µm termasuk koloid
2. materi organik partikulat (POM) yang terdiri atas materi berbentuk partikulat (> 2,0 µm) dan materi tersuspensi (0,45 – 2,0 µm)
2.2 Sumber (Sources)
Berdasarkan asalnya, sumber elemen mikro yang masuk ke laut secara garis besar dapat di bagi menjadi 2 :
a. Allotochnous (external sources) :
• Aktifitas gunung berapi (erupsi)
• Pelapukan batuan
• Gurun Pasir
• Aktifitas Manusia (antropogenik)
b. Autotochnous (internal sources) :
• Aktifitas gunung berapi bawah laut (Submarine Eruption)
• Pergeseran kerak bumi
• Aktifitas Biologi
Mekanisme transport elemen yang bersumber dari daratan dapat dibagi 3 :
• Melalui sungai (fluvial transport)
• Melalui udara (atmospheric transport) dan angin (Aeolian transport)
• Melalui pencairan es (glacial transport)
Elemen yang masuk ke laut akan mengalami proses-proses :
• Fisika : advection, mixing, adsorption, deposition
• Kimia : redox, hydrolysis, complexation, solidification, dissolution
• Biologi : absorption, decomposition
2.3 Distribusi
Chester (1990) menyatakan bahwa ada tiga proses yang berperan dalam distribusi elemen di laut :
• Saturasi dan presipitasi (Ca, Sr, Ba)
• Adsorbdi oleh partikel tersuspensi (Mn, Zn, Cd, Pb)
• Absorbsi oleh biologi (Co, Mo, Ni, Zn).
Selain proses diatas, proses-proses biogeokimia seperti reaksi redoks, kompleksasi – solidifikasi, mineralisasi-remineralisasi dan faktor lingkungan seperti pH, suhu, salinitas, arus dan aktifitas hidrothermal juga berperan penting terhadap distribusi mikro elemen di laut.
Tipe Distribusi Elemen.
Elemen mikro memiliki konsentrasi yang sangat rendah di laut karena elemen mikro memiliki sifat yang sangat reaktif sehingga dengan cepat akan segera berikatan dengan senyawa kimia yang lain saat mencapai laut dan mengendap di dasar perairan dalam bentuk sedimen. Selain itu, ada pula elemen mikro yang memang memiliki konsentrasi sangat kecil dari sumbernya. Misalnya: batuan kristal dan gas yang berasal dari dalam perut bumi.
Profil distribusi elemen mikro dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
a. Conservative Profile: rasio konsentrasi elemen yang konstan terhadap elemen yang berkaitan dengan khlorinitas atau salinitas ditemukan pada beberapa elemen karena tingkat reaktifitasnya yang rendah. Beberapa elemen makro dan logam kelumit (trace metal) seperti seperti molybdenum (MoO42-) dan tungsten (WO42-)
b. Nutrient Type Profile: penurunan konsentrasi elemen di permukaan perairan dan pengayaan di kedalaman perairan. Senyawa dipindahkan dari bagian atas permukaan oleh plankton atau senyawa partikulat yang dihasilkan oleh produsen melalui aktifitas biologi. Di perairan yang dalam senyawa partikulat akan mengalami regenerasi melalui proses oksidasi oleh bakteri.
Berdasarkan tempat terjadinya regenerasi elemen mikro, maka nutrient type profile dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
• Regenerasi elemen mikro pada perairan dangkal hingga kedalaman maksimum 1 km. Misalnya pada logam Cd 2+yang berikatan dengan bagian yang lunak dari material biologi yang masih hidup atau yang sudah mati.
• Regenerasi elemen mikro pada perairan dalam hingga kedalaman maksimum dimana keberadaan logam dalam air laut masih dapat terdeteksi. Beberapa elemen mikro yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah: Zn, Bad an Ge.
• Kombinasi regereneasi elemen mikro antara perairan dangkal dan dalam. Salah satu elemen yang termasuk kelompok ini adalah perak (Ag). Logam ini diketahui berikatan dengan phytoplankton, diatom dan cangkang hewan laut. Surface enrichment and depletion at depth: Elemen yang termasuk kelompok ini memiliki input yang berasal dari atmosfir, sungai dan daratan.
c. Surface enrichment and depletion at depth: Elemen yang termasuk kelompok ini mudah bereaksi dan secara cepat berpindah dari air laut karena berikatan dengan partikulat yang berada di kolom air untuk selanjutnya mengendap dalam sedimen. Waktu tinggal (residence times) dari elemen kelompok ini tergolong sangat pendek. Logam timbal (Pb) merupakan elemen yang inputnya berasal dari atmosfir (berasal dari asap kendaraan dan industri di darat yang menggunakan bahan bakar fosil). Mn2+ merupakan contoh yang baik untuk elemen yang memasuki permukaan air melalui sungai atau berasal dari endapan sedimen di perairan yang dangkal.
d. Mid-depth minima: Kondisi mid-depth minimum dapat terjadi jika terdapat input dari permukaan yang kemudian mengalami regenerasi di dekat dasar atau mengalami scavenging di keseluruhan kolom air. Logam seperti Cu2+, Sn dan Al3+ tergolong dalam kelompok ini. Input dari permukaan laut berasal dari daratan yang terbang ke udara membentuk debu atmosfer yang kemudian jatuh ke permukaan laut. Al dengan cepat akan mengalami penyerapan oleh partikel tersuspensi dari permukaan air melalui proses adsorbs atau mengalami penyerapan oleh plankton. Partikel yang terserap kemudian jatuh dan mengendap di laut dalam membentuk sedimen. Resustensi dan flux Al dalam sedimen akan semakin meningkat saat mendekati dasar perairan.
e. Mid-depth maxima: profil dari tipe ini terbentuk dari input hidrotermal yang dikeluarkan oleh sistem mid-ocean ridge. Elemen Mn2+ ,3He adalah contoh yang baik dari Mid-depth maxima ini.
f. Mid-depth maxima or minima in the sub-oxic layer: sebuah lapisan sub-oxic yang besar dapat ditemukan di beberapa wilayah di Samudera Pasifik dan Samudera India. Proses reduksi dan oksidasi dalam kolom air atau di sekitar slope sedimen menghasilkan Fe2+ dan Mn2+(maxima) yang tereduksi dan Cr3+ (minima) dalam bentuk tereduksi yang bersifat insoluble atau mengendap di dasar perairan dalam bentuk solid.
g. Maxima and minima in Anoxic Waters: pada suatu daerah dengan sirkulasi terbatas seperti di Laut Hitam, Trench Cariaco dan fjords, air dapat menjadi anoxic (tidak memiliki kandungan Oksigen) dan memproduksi H2S. Di batas antara 2 perairan dapat terjadi proses reduksi oksidasi yang menyebabkan maxima atau minima dari perubahan solubilitas dari species yang berbeda. Fe2+ dan Mn2+ tergolong maxima karena memiliki solubilitas yang meningkat dalam bentuk tereduksi. Kondisi maxima ini terjadi akibat proses reduksi oksidasi Besi dan Mangan dekat batas lapisan antara dari oksik-anoksik.
2.4 Penyebaran (Variasi Musiman)
a. Nitrogen
Variasi musiman dari nitrit, nitrat dan ammonia terjadi pada lapisan permukaan laut sebagai hasil dari aktifitas biologi. Perubahan konsentrasi Nitrogen secara musiman sebagian besar terjadi di perairan dangkal daerah lintang sedang atau lintang tinggi. Saat musim semi, terjadi peningkatan intesitas cahaya dan durasi (lama penyinaran) yang menyebabkan peningkatan populasi fitoplankton. Hal ini menimbulkan perpindahan Nitrogen anorganik terlarut dari daerah eufotik.
Populasi fitoplankton kemudian dimangsa oleh zooplankton dan ikan. Nitrogen kemudian dikembalikan ke perairan dalam bentuk excrete (kotoran), urine (amoniak dan urea) atau partikel feses yang akan didekomposisi oleh bakteri sebelum dikembalikan ke perairan. Pada musim semi, proses percampuran vertical (vertical mixing) memiliki konstribusi mengangkat nutrien dari perairan bawah ke zona eufotik. Akibatnya populasi fitoplankton bertambah dengan cepat dan mulai menurun saat terbentuk zona termoklin yang menghalangi suplai Nitrogen ke lapisan permukaan.
Nutrien yang dominan pada waktu ini adalah amoniak yang diekskresikan oleh Zooplankton dan selanjutnya dimanfaatkan oleh algae dalam proses fotosintesis. Pada beberapa lokasi, terjadi penurunan konsentrasi Nitrogen terlarut hingga mencapai taraf yang dapat mematikan organisme. Ekskresi Nitrogen oleh zooplankton mencapai tingkat maksimum saat populasi fitoplankton jarang.
Hal ini terjadi karena kemungkinan pemanfaatan protein sebagai sumber energi menurun saat makanan (fitoplankton) berlimpah. Saat organisme mati atau dikonsumsi dan dikeluarkan dalam bentuk feses oleh zooplankton, maka bakteri akan melakukan regenerasi Nitrogen.Regenerasi nitrat seringkali menyebabkan blooming algae pada akhir musim panas. Konsentrasi nitrat akan meningkat hingga mencapai titik maksimum pada musim gugur dan kemudian menurun.
Nitrifikasi akan selesai saat bulan Januari saat permukaan mendingin dan badai membongkar lapisan termoklin, menyebabkan nirat dapat terdistribusi kembali ke kolom air dan dasar perairan. Kondisi yang berbeda terjadi pada daerah perairan yang memiliki up-welling yang membawa nutrient dari perairan bawah ke lapisan permukaan. Kondisi perairan di daerah up-welling sangat subur dan mendukung kehidupan fitoplankton yang melimpah.
Dengan demikian nutrient bukan merupakan faktor pembatas di daerah ini. Perubahan konsentrasi nutrient di lautan terbuka yang jauh dari daratan juga dipengaruhi oleh produktifitas fitoplankton dan hanya terbatas di lapisan permukaan. Namun, proses regenerative terjadi di seluruh kolom perairan. Organisme mati dan detritus organik akan diuraikan oleh bakteri saat tenggelam dari permukaan air.
Partikel organik akan tenggelam dengan lambat karena ukuran partikel mengalami penyusutan dan densitas air laut yang lebih tinggi pada perairan yang lebih dalam. Oksidasi partikel menyebabkan berpindahnya oksigen dari dalam air, demikian pula dengan karbondioksida dan ion nitrat yang menjadi produk akhir dari oksidasi senyawa organik akan terakumulasi di daerah perairan yang lebih dalam. Konsentrasi nitrogen di seluruh samudera di dunia memiliki konsentrasi yang konstan mulai dari kedalaman di daerah pertengahan hingga dasar perairan.
b. Fosfor
Di perairan dangkal daerah temperate, variasi musiman ditemukan pada fosfat dan konsentrasi fosfor organik terlarut. Pada musim dingin, sebagian besar fosfor berada dalam bentuk orthofosfat. Namun, hal ini akan menurun dengan cepat pada bulan maret saat fosfat digunakan oleh fitoplankton.
Zooplankton dan ikan akan memakan fitoplankton dan mengembalikan fosfat ke dalam perairan melalui feses/buangan metabolisme dalam bentuk fosfat dan fosfor organik terlarut. Pada bulan mei-Juni, konsentrasi fosfat akan menurun di daerah eufotik sehingga konsentrasi fosfor organik terlarut lebih dominan. Setelah fitoplankton mengalami blooming, regenerasi fosfat dari fitoplankton, detritus dan fosfor organik terlarut akan kembali meningkat dengan cepat.
c. Silika
Silikon terlarut di daerah perairan pantai umumnya cukup tinggi karena efek “run-off” dari daratan. Pada musim semi, ledakan populasi fitoplankton dengan cepat menyebabkan menurunnya konsentrasi silikon. Regenerasi silikon akan dimulai kembali pada musim panas saat pertumbuhan fitoplankton menjadi lambat dan terus berlanjut hingga mencapai puncaknya pada awal musim dingin. Pada beberapa daerah, ledakan populasi fitoplankton pada musim gugur dapat menyebabkan terhambatnya regenerasi silikon untuk sementara waktu.
Konsentrasi silikon terlarut di permukaan laut umumnya rendah, kecuali di daerah yang mengalami up-welling. Pada lapisan yang lebih dalam, ditemukan peningkatan yang tajam dari konsentrasi silikon. Pola distribusi silikon berbeda dari satu samudera ke samudera lainnya dan ditentukan oleh pola sirkulasi air dan oleh suplai silikon terlarut dari Antartik dan dari diatom terlarut yang jatuh dari permukaan. Proses absorbsi oleh organisme juga berpengaruh terhadap pola distribusi silikon.
2.5 Manfaat mikro elemen di laut
a. Nitrogen
Nitrogen dalam air laut umumnya terlarut dalam bentuk nitrat (NO3), nitrit (NO2) dan Amoniak (NH4). Bentuk-bentuk senyawa dari nitrogen tersebut diabsorbsi oleh organisme laut untuk memenuhi kebutuhan akan nitrogen sebagai salah satu komponen utama pembentukan asam amino yang menjadi cikal bakal terbentuknya protein.
b. Fosfor
Senyawa Fosfor seperti ATP (adenosine tri-fosfat) dan ko-enzim nukleotida, memiliki peran yang penting dalam fotosintesis dan proses lainnya dalam tumbuhan. Fitoplankton umumnya memenuhi kebutuhan fosfor melalui asimilasi secara langsung dalam bentuk ortho-fosfat. Absorbsi dan konversi menjadi senyawa fosfor organik terjadi saat kondisi gelap.
c. Silikon
Sebagian besar tumbuhan dan hewan laut yang memanfaatkan silikon terdiri dari kelompok diatom, radiolaria, pteropoda dan sponges. Umumnya, kelompok organisme tersebut memiliki struktur kerangka yang mengandung silika dalam jumlah tinggi. Sisa-sisa tubuh yang telah mati terutama dari kelompok diatom akan tenggelam ke dasar perairan membentuk deposit endapan silikat yang spesifik. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti bagaimana silika terlarut diabsorbsi oleh diatom, kemudian diubah menjadi hidrat silikat dan digunakan untuk membentuk cangkang dengan pola yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar